BENCANA TANAH LONGSOR
DI SUMATERA BARAT
Longsor
di Kampung Data, Jorong Dadok, Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya,
Agam, Sumatera Barat, Sabtu (26/1/2013), menelan korban puluhan dan 12 orang
korban diantaranya telah ditemukan hingga hari ini, Senin (28/1/2013).
Disebut-sebut ada 13 orang lagi yang masih hilang.
Kejadian
korban jiwa skala cukup besar akibat longsor demikian cenderung berulang di
Sumatera Barat. Daerah ini memang memiliki tipologi tanah yang gembur dan labil
apalagi daerahnya memilik curah hujan yang cukup tinggi. Ditambah lagi rawan
gempa. Sepertinya peristiwa longsor di Dadok tersebut bukan yang terakhir.
Data
geologi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumbar kurun 1979-2009 saja
longsor di Sumatera Barat telah menelan korban 766 korban jiwa. Ini belum
ditambah korban longsor terakhir di Kabupaten Agam ini.
Terdata
korban longsor pertama tahun 1979 di Sungai Sariak, Baso, Agam, dan Pasia
Laweh, Tanah Datar, dengan korban jiwa 50 orang tewas tertimbun. Tahun 1987
longsor di Bukit Tui, Padang Panjang, menelan korban 136 korban. Tahun 2000 di
Calau, Talawi, Pesisir Selatan, 27 tewas dan 10 diantaranya hilang tak
diketemukan.
Masih
di tahun 2000 terjadi lagi longsor besar di Malala, Tanah Datar, menelan korban
31 tewas dan 8 diantaranya hilang tak diketemukan. Empat tahun kemudian, 2004,
terjadi lagi longsor besar di Panti, Pasaman, menelan korban 56 orang tewas.
Menyusul longsor di Bukik Lantiak, Padang, tahun 2005, menelan korban 67 orang
tewas dan di Gaung, Gates, Padang, menelan korban 25 orang tewas.
Tahun
2006 giliran Jorong Koto Baru, Nagari Aia Dingin, Solok, mengalami longsor
besar dengan korban tewas 18 orang. Setahun kemudian, 2007, terjadi lagi
longsor besar di Kolam Janiah, Kecamatan V Koto Timur, Padang Pariaman, menelan
korban tewas sebanyak 13 orang.
Selanjutnya,
longsor paling besar hingga saat ini terjadi tahun 2009 bersamaan dengan gempa
besar 7,9 SR yang melanda Sumatera Barat, terjadi di Agam dan Pariaman. Tak
tanggung-tanggung korban tewas mencapai 300 orang.
Dari
jejak historis-geologi longsor tersebut dapat disimpulkan, bahwa wilayah
Sumatera Barat memang daerah rawan longsor sejak dahulu kala.
Dengan
situasi ini akan lebih baik jika pemerintah yang berwenang menangani bencana
tidak hanya melakukan “pemadam kebakaran”, bertindak setelah ada bencana,
melainkan juga melakukan advokasi terus-menerus secara lebih meyakinkan.
Terutama pada pemukiman penduduk di daerah rawan longsor. Kapan perlu melarang
sama sekali pembangunan rumah di daerah rawan longsor.
Di
Padang, misalnya, Anda bisa melihat dengan muda warga membuat rumah di lereng
dan bawah bukit yang amat sangat rawan longsor. Ini terlihat di kawasan Gates,
Bukik Lantiak, Bukik Gado-Gado, Bukik Siti Nurbaya, Tarantang, Limau Manih,
Batu Busuk, dll.
Sampai
sekarang perumahan penduduk di daerah rawan longsor masih terus bertambah, bukan
berkurang. Nampaknya pemerintah kesulitan merelokasi perumahan penduduk ini.
Jika memang demikian adanya, maka advokasi waspada bencana menjadi kemutlakan.
Ketika hujan lebat atau gempa, misalnya, warga diharuskan waspada kapan perlu
mengungsi sebelum kejadian.
Berikut
akan dibahas kenapa peristiwa tanah longsor ini terus terjadi.
A. LATAR
BELAKANG
Indonesia terletak pada pertemuan
tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng pasifik, ada lempeng
Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antar lempeng itu maka
terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah barat pulau Sumatra, sebelah
selatan pulau Jawa hingga pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah utara
Kepulauan Maluku dan sebelah utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu
maka terbentuk palung samudra, lipatan, punggungan dan patahan dari busur
kepulauan, sebaran gunung api dan sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang
ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu 13% dari jumlah gunung api aktif di
dunia. Dengan demikian Indonesia rawan dengan bencana letusan gunung api dan
gempa bumi.
Di beberapa pantai, dengan bentuk
pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber berada
didasar laut atau samudra dapat menimbulkan gelombang Tsunami. Jenis tanah
pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api.
Tanah ini memilki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan
bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada diatas batuan kedap air pada
perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi
mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas
tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan
dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.
B. RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang permasalahn
diatas maka kami merumuskan masalah yang perlu ditanggulangi sebagai berikut :
1. Faktor
apa saja yang menyebabkan bencana tanah longsor ?
2. Bagaimana
upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana tanah longsor?
C. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor atau dalam bahasa
inggris disebut landslide, adalah perpindahan material pembentukan lereng
berupa bantuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran tersebut, bergerak
kebawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan
sebagai berikut: air yang meresap kedalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika
air tesebut menenbus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang
tergelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan ditasnya akan
bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
2.
Jenis-jenis Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni:
longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan
tanah dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling
banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan
korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
a.
Longsoran
Translasi.
Longsoran translasi adalah
bergeraknya masa tanah dan bantuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau
menggelombang landai.
b.
Longsoran
Rotasi.
Longsoran rotasi adalah bergeraknya
massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
c.
Pergerakan
Blok.
Pergerakan blok adalah perpindahan
batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini
disebutbjuga longsoran translasi blok batu.
d.
Runtuhan
Batu.
Runtuhan batu terjadi ketika
sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh
bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama
didaerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang
parah.
e.
Rayapan
Tanah.
Rayapan tanah adalah jenis tanah
longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus.
Jenis tanah longsor ini hamper tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup
lama longsor jenis rayapan ini bias menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon atau
rumah miring ke bawah.
f.
Aliran
Bahan Rombakan.
Jenis tanah longsor ini terjadi
ketika massa tanah bergerak di dorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung
pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi disepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya.
Di beberapa tempat bias sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di
sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
3.
Gejala Umum Tanah Longsor
Gejala-gejala umum yang biasanya
timbul sebelum terjadinya bencana tanah longsor adalah:
·
Munculnya
retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
·
Biasanya
terjadi setelah hujan.
·
Munculnya
mata air baru secara tiba-tiba.
·
Tebing
rapuh dan krikil mulai berjatuhan
4.
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya
tanah Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor
terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya
penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan bantuan dan kepadatan tanah.
Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban
serta berat jenis tanah batuan.
a.
Hujan.
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai
pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering
yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukan tanah dalam
jumlah besar. Hal ini mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah
hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan
menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali.
Pada awal musim hujan, intesitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi,
sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaanya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaanya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
b.
Lereng
terjal.
Lereng atau tebing yang terjal akan
memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuknya karena pengikisan
air sungai, mata air, air laut dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang
menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang
longsorannya mendatar.
c.
Tanah
yang kuramg padat dan tebal.
Jenis tanah yang kurang padat adalah
tanah lempung atau tanh liat dengan ketebalan lebih dari 2.5 m dan sudut lereng
lebih dari 220. Tanah jenis ini memilki potensi untuk terjadinya tanah longsor
terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlau
panas.
d.
Batuan
yang kurang kuat.
Batuan endapan gunung api dan batuan
sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir dan lempung umumnya
kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses
pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terjadi pada lereng
yang terjal.
e.
Jenis
tata lahan.
Tanah longsor banyak terjadi di daerah
tata lahan persawahan, perladangan dan adanya genangan air di lereng yang
terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah
dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah menjadi
longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya
tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah
longsor lama.
f.
Getaran.
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan
oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin dan getaran lalu lintas kendaraan.
Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai dan dinding rumah
menjadi retak.
g.
Susut
muka air danau atau bendungan.
Akibat susutnya muka air yang cepat di
danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk
220 mudah terjadi lonsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh
retakan.
h.
Adanya
beban tambahan.
Adanya beban tambahan seperti beban
bangunan pada lereng dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya
longsor, terutama disekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah
sering terjadinya penurunan dan retakan yang arahnya kearah lembah.
i.
Pengikisan/erosi.
Pengikisan banyak dilakukan oleh air
sungai kea rah tebing, selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan
sungai, tebing akan menjadi terjal.
j.
Adanya
material timbunan pada tebing.
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan
pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah
timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli
yang berada dibawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah
yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
k.
Bekas
longsoran lama.
Longsoran
lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api
pada lereng yang relative terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan
kulit bumi.
l.
Adanya
bidang diskontuinitas.
Bidang ini memiliki ciri:
·
Bidang
pelapisan batu.
·
Bidang
kontak antara tanah penutup dan batuan besar.
·
Bidang
kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
· Bidang
kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak
melewatkan air.
·
Bidang
kontak antara tanah yang ;lembek dengan tanah yang padat.
· Bidang-bidang
tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran
tanah longsor.
m. Penggundulan hutan.
Tanah
longsor umum terjadi di daerah yang relative gundul dimana pengikat air tanah
sangat kurang.
n.
Daerah
pembuangan sampah.
Penggunaan lapisan yang rendaha untuk
pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi
ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah di
Cimahi. Bencana ini menyebabkan 120 orang meninggal.
5.
Wilayah Rawan Tanah Longsor
Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan
longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian yang ditanggung akibat bencana
longsor sekitar Rp.800 milyar, sedangkan jiwa terancam sekitar 1 juta. Daerah
yang memiliki rawan longsor :
·
Jawa
Tengah 327 lokasi.
·
Jawa
Barat 276 lokasi.
·
Sumatera
Barat 100 lokasi.
·
Sumatera
Utara 53 lokasi.
·
Yogyakarta
30 lokasi.
·
Kalimantan
Barat 23 lokasi.
·
Sisanya
tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali dan Jawa Timur.
6.
Tahapan Mitigasi Bencana Tanah
Longsor
a.
Pemetaan.
Menyajikan informasi visual tentang
tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukkan kepada
masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan propinsi sebagai data dasar
untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
b.
Penyelidikan.
Mempelajari penyebab dan dampak dari
suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana
dan rencana pengembangan wilayah.
c.
Pemeriksaan.
Melakukan penyelidikian pada saat
dan setelah terjadinya bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
d.
Pemantauan.
Pemantauan dilakukan di daerah rawan
bencana, pada daerah strategis sevara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara
dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di
daerah tersebut.
e.
Sosialisasi.
Memberikan pemahaman kepada
Pemerintah Propinsi/kabupaten/kota atau masyarakat umum, tentang bencana alam
tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannya. Sosialisasi dilakukan dengan
berbagai cara antara lain, mengirim poster, booklet dan leaflet atau dapat juga
secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.
f.
Pemeriksaan
bencana longsor.
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi
bencana dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda
bencana tanah longsor.
7.
Tindakan Yang Dilakukan Selama dan
Sesudah Tanah Longsor.
a.
Tanggapan
Darurat.
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap
darurat adalah penyelamat dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak
bertambah. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan, antara lain:
·
Kondisi
Medan
·
Kondisi
bencana
·
Peralatan
·
Informasi
bencana
b.
Rehabilitas
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi dan sarana transportasi. Selain itu di kaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendaliakn.
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi dan sarana transportasi. Selain itu di kaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendaliakn.
c.
Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang di bangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang di bangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
D.
PENUTUP
1.
Kesimpulan.
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng
berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran tersebut, bergerak
kebawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah aie yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudra, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api dan sebaran sumber gempa bumi.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudra, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api dan sebaran sumber gempa bumi.
- Saran.
Ada beberapa tindakan perlindungan
dan perbaikan yang bias ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
·
Perbaikan
drainase tanah (menambah materi-materi yang biasa menyerap).
·
Modifikasi
lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
·
Vegetasi
kembali lereng-lereng.
·
Beton-beton
yang menahan tembok mungkin bias menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu
ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah longsor adalah:
·
Jangan
mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas didekat pemukiman.
·
Buatlah
terasering(sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun pemukiman
·
Segera
menutup retakan tanah dan di padatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melaui
retakan
·
Jangan
melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
·
Jangan
menebang pohon di lereng.
·
Jangan
mendirikan pemukiman di tepi lereng yang terjal.
·
Jangan
mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal.
·
Jangan
memotong tebing jalan menjadi tegak.
·
Jangan
mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.