Selasa, 20 Agustus 2013

BENCANA TANAH LONGSOR DI SUMATERA BARAT

BENCANA TANAH LONGSOR
DI SUMATERA BARAT

Longsor di Kampung Data, Jorong Dadok, Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Agam, Sumatera Barat, Sabtu (26/1/2013), menelan korban puluhan dan 12 orang korban diantaranya telah ditemukan hingga hari ini, Senin (28/1/2013). Disebut-sebut ada 13 orang lagi yang masih hilang.
Kejadian korban jiwa skala cukup besar akibat longsor demikian cenderung berulang di Sumatera Barat. Daerah ini memang memiliki tipologi tanah yang gembur dan labil apalagi daerahnya memilik curah hujan yang cukup tinggi. Ditambah lagi rawan gempa. Sepertinya peristiwa longsor di Dadok tersebut bukan yang terakhir.
Data geologi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumbar kurun 1979-2009 saja longsor di Sumatera Barat telah menelan korban 766 korban jiwa. Ini belum ditambah korban longsor terakhir di Kabupaten Agam ini.
Terdata korban longsor pertama tahun 1979 di Sungai Sariak, Baso, Agam, dan Pasia Laweh, Tanah Datar, dengan korban jiwa 50 orang tewas tertimbun. Tahun 1987 longsor di Bukit Tui, Padang Panjang, menelan korban 136 korban. Tahun 2000 di Calau, Talawi, Pesisir Selatan, 27 tewas dan 10 diantaranya hilang tak diketemukan.
Masih di tahun 2000 terjadi lagi longsor besar di Malala, Tanah Datar, menelan korban 31 tewas dan 8 diantaranya hilang tak diketemukan. Empat tahun kemudian, 2004, terjadi lagi longsor besar di Panti, Pasaman, menelan korban 56 orang tewas. Menyusul longsor di Bukik Lantiak, Padang, tahun 2005, menelan korban 67 orang tewas dan di Gaung, Gates, Padang, menelan korban 25 orang tewas.
Tahun 2006 giliran Jorong Koto Baru, Nagari Aia Dingin, Solok, mengalami longsor besar dengan korban tewas 18 orang. Setahun kemudian, 2007, terjadi lagi longsor besar di Kolam Janiah, Kecamatan V Koto Timur, Padang Pariaman, menelan korban tewas sebanyak 13 orang.
Selanjutnya, longsor paling besar hingga saat ini terjadi tahun 2009 bersamaan dengan gempa besar 7,9 SR yang melanda Sumatera Barat, terjadi di Agam dan Pariaman. Tak tanggung-tanggung korban tewas mencapai 300 orang.
Dari jejak historis-geologi longsor tersebut dapat disimpulkan, bahwa wilayah Sumatera Barat memang daerah rawan longsor sejak dahulu kala.
Dengan situasi ini akan lebih baik jika pemerintah yang berwenang menangani bencana tidak hanya melakukan “pemadam kebakaran”, bertindak setelah ada bencana, melainkan juga melakukan advokasi terus-menerus secara lebih meyakinkan. Terutama pada pemukiman penduduk di daerah rawan longsor. Kapan perlu melarang sama sekali pembangunan rumah di daerah rawan longsor.
Di Padang, misalnya, Anda bisa melihat dengan muda warga membuat rumah di lereng dan bawah bukit yang amat sangat rawan longsor. Ini terlihat di kawasan Gates, Bukik Lantiak, Bukik Gado-Gado, Bukik Siti Nurbaya, Tarantang, Limau Manih, Batu Busuk, dll.
Sampai sekarang perumahan penduduk di daerah rawan longsor masih terus bertambah, bukan berkurang. Nampaknya pemerintah kesulitan merelokasi perumahan penduduk ini. Jika memang demikian adanya, maka advokasi waspada bencana menjadi kemutlakan. Ketika hujan lebat atau gempa, misalnya, warga diharuskan waspada kapan perlu mengungsi sebelum kejadian.
Berikut akan dibahas kenapa peristiwa tanah longsor ini terus terjadi.
A.      LATAR BELAKANG
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng pasifik, ada lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antar lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah barat pulau Sumatra, sebelah selatan pulau Jawa hingga pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku dan sebelah utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudra, lipatan, punggungan dan patahan dari busur kepulauan, sebaran gunung api dan sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu 13% dari jumlah gunung api aktif di dunia. Dengan demikian Indonesia rawan dengan bencana letusan gunung api dan gempa bumi.
Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber berada didasar laut atau samudra dapat menimbulkan gelombang Tsunami. Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memilki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada diatas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.
B.       RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang permasalahn diatas maka kami merumuskan masalah yang perlu ditanggulangi sebagai berikut :
1.      Faktor apa saja yang menyebabkan bencana tanah longsor ?
2.     Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana tanah longsor?
C.      PEMBAHASAN
1.         Pengertian Tanah Longsor
Tanah longsor atau dalam bahasa inggris disebut landslide, adalah perpindahan material pembentukan lereng berupa bantuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran tersebut, bergerak kebawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap kedalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tesebut menenbus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang tergelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan ditasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
2.         Jenis-jenis Tanah Longsor
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
a.         Longsoran Translasi.
Longsoran translasi adalah bergeraknya masa tanah dan bantuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
b.        Longsoran Rotasi.
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
c.         Pergerakan Blok.
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebutbjuga longsoran translasi blok batu.
d.        Runtuhan Batu.
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama didaerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
e.         Rayapan Tanah.
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hamper tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bias menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon atau rumah miring ke bawah.
f.         Aliran Bahan Rombakan.
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak di dorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi disepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bias sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
3.         Gejala Umum Tanah Longsor
Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya bencana tanah longsor adalah:
·           Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
·           Biasanya terjadi setelah hujan.
·           Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
·           Tebing rapuh dan krikil mulai berjatuhan
4.         Faktor-faktor Penyebab Terjadinya tanah Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan bantuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
a.         Hujan.
       Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukan tanah dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intesitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaanya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
b.        Lereng terjal.
      Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuknya karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
c.         Tanah yang kuramg padat dan tebal.
       Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanh liat dengan ketebalan lebih dari 2.5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memilki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlau panas.
d.        Batuan yang kurang kuat.
       Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terjadi pada lereng yang terjal.
e.         Jenis tata lahan.
     Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah menjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsor lama.
f.         Getaran.
     Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai dan dinding rumah menjadi retak.
g.        Susut muka air danau atau bendungan.
      Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi lonsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
h.        Adanya beban tambahan.
    Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama disekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan dan retakan yang arahnya kearah lembah.
i.          Pengikisan/erosi.
    Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai kea rah tebing, selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
j.          Adanya material timbunan pada tebing.
    Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada dibawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
k.        Bekas longsoran lama.
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relative terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi.
l.          Adanya bidang diskontuinitas.
       Bidang ini memiliki ciri:
·           Bidang pelapisan batu.
·           Bidang kontak antara tanah penutup dan batuan besar.
·           Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
·       Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air.
·         Bidang kontak antara tanah yang ;lembek dengan tanah yang padat.
·        Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
m.      Penggundulan hutan.
Tanah longsor umum terjadi di daerah yang relative gundul dimana pengikat air tanah sangat kurang.
n.        Daerah pembuangan sampah.
     Penggunaan lapisan yang rendaha untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan 120 orang meninggal.
5.         Wilayah Rawan Tanah Longsor
Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian yang ditanggung akibat bencana longsor sekitar Rp.800 milyar, sedangkan jiwa terancam sekitar 1 juta. Daerah yang memiliki rawan longsor :
·           Jawa Tengah 327 lokasi.
·           Jawa Barat 276 lokasi.
·           Sumatera Barat 100 lokasi.
·           Sumatera Utara 53 lokasi.
·           Yogyakarta 30 lokasi.
·           Kalimantan Barat 23 lokasi.
·           Sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali dan Jawa Timur.
6.         Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor
a.         Pemetaan.
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukkan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan propinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
b.        Penyelidikan.
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
c.         Pemeriksaan.
Melakukan penyelidikian pada saat dan setelah terjadinya bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
d.        Pemantauan.
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis sevara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
e.         Sosialisasi.
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Propinsi/kabupaten/kota atau masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirim poster, booklet dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.
f.         Pemeriksaan bencana longsor.
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.
7.         Tindakan Yang Dilakukan Selama dan Sesudah Tanah Longsor.
a.         Tanggapan Darurat.
       Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamat dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan, antara lain:
·           Kondisi Medan
·           Kondisi bencana
·           Peralatan
·           Informasi bencana
b.        Rehabilitas
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi dan sarana transportasi. Selain itu di kaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendaliakn.
c.         Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang di bangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
D.      PENUTUP
1.         Kesimpulan.
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran tersebut, bergerak kebawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah aie yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudra, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api dan sebaran sumber gempa bumi.
  1. Saran.
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bias ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
·           Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang biasa menyerap).
·           Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
·           Vegetasi kembali lereng-lereng.
·           Beton-beton yang menahan tembok mungkin bias menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah longsor adalah:
·           Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas didekat pemukiman.
·           Buatlah terasering(sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun pemukiman
·         Segera menutup retakan tanah dan di padatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melaui retakan
·           Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
·           Jangan menebang pohon di lereng.
·           Jangan mendirikan pemukiman di tepi lereng yang terjal.
·           Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal.
·           Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
·           Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.